Postingan

Gambar
Di wilayah perairannya Teluk Balikpapan juga ternyata menjadi habitat beberapa jenis satwa yang dianggap benar-benar terancam punah, yaitu Dugong. Bahkan satwa ini sempat diusulkan telah punah di bumi Kalimantan pada 1996, namum 4 tahun kemudian, Yayasan RASI (Rare Aquatiq Species Indonesia) menemukan denyut kehidupan liar mamalia itu di Teluk Balikpapan. Saelain itu keunikan satwa di Teluk Balikpapan kian mencengangkan, karena terdapat habitat satwa langka yang selama ini diketahui hanya hidup di ekosistem air tawar, yakni Pesut Mahakam. Pesut adalah jenis hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan langka ini sisa 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Secara taksonomi, Pesut Mahakam adalah subspesies dari pesut (Irrawaddy Dolphin). Selama ini popolasi satwa itu diketahui hanya terdapat di Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irrawaddy. Populasi Pesut d

Habitat Langka di Teluk Balikpapan

Gambar
Teluk Balikpapan adalah suatu kawasan yang meliputi daerah aliran sungai, pesisir dan perairanteluk yang mengandung potensi sumberdaya serta aktivitas yang mempengaruhi sumberdaya tersebut dan lingkungannya. Teluk Balikpapan secara administratif berada di bawah wilayah kota Balikpapan 11%, wilayah Penajam Paser Utara 87%, dan 2% Kutai Kartanegara. Teluk Balikpapan telah mengalami degradasi lingkungan yang dapat berakibat menurunnya fungsi lingkungan dan meningkatnya biaya yang harus di tanggung oleh masyarakat, pemerintah dan dunia usaha dalam upaya pemulihannya. Untuk keberhasilan pengelolaan Teluk Balikpapan diperlukan pendekatan pengelolaan terpadu yang berbasis ekosistem serta mampu mengakomodasi kepentingan pelestarian lingkungan hidup, pembangunan sosial, dan budaya, serta ekonomi melalui pelibatan para pemangku kepentingan. Sebagai implementasi dari program pembangunan yang suistanable (berkelanjutan). Jika menyebut Teluk Balikpapan, maka tak sedikit orang membayan

Ekspos Akhir Tahun, Konflik Lahan di Kaltim Berada di Posisi Kedua

Gambar
BALIKPAPAN- Ketidakpastian areal kawasan hutan merupakan salah satu penghambat efektifitas tata kelola hutan di Indonesia. Sepanjang tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat Kalimantan berada di posisi kedua setelah Sumatera terkait konflik tenurial. Dari 201 konflik di 28 provinsi Indonesia itu, Kaltim bersanding dengan Sumatera Selatan di urutan keempat dengan jumlah 16 konflik. Sedangkan, berdasarkan topologi Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Kalimantan konflik tenurial masyarakat dengan pemegang izin ada 28 konflik di Kalimantan. Di bawah Riau dengan 36 konflik, kemudian Jambi dengan 26 konflik. “Banyaknya konflik tenurial di Kaltim bersumber dari kasus lama belum diselesaikan, kemudian muncul lagi konflik baru. Sehingga tren setiap tahun meningkat,” jelas Hamsuri Mediator Asociated Impartial Mediator Network (IMN) dalam bincang ringan dengan Bisnis, Sabtu (30/12) pagi. Konflik yang terjadi, menurutnya, karena ketid

Masalah Teluk Balikpapan Dilaporkan ke Pusat

Gambar
BALIKPAPAN  - Dugaan kejahatan lingkungan di Teluk Balikpapan yang menjadi temuan Forum Peduli Teluk Balikpapan akhirnya masuk meja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kepastian tersebut diketahui setelah laporan pelanggaran lingkungan diterima Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan (P3EK), kemarin (22/12). Masuknya laporan ini tak terlepas dari aksi unjuk rasa yang dilakukan puluhan anggota Forum Peduli Teluk Balikpapan di depan kantor P3EK, Jalan Sudirman, Melawai, kemarin. Koordinator Forum Peduli Teluk Balikpapan Husein mengatakan, dari beberapa perusahaan di Kawasan Industri Kariangau yang notabene berada di kawasan Teluk Balikpapan ditengarai melakukan aktivitas menyimpang. Seperti yang dilakukan perusahaan berinisial AAS . Menurutnya, perusahaan  ini melakukan reklamasi pantai namun tidak mengantongi izin.  “Perusahaan ini (AAS), membuka lahan tanpa memiliki izin lingkungan.  Mereka mengeruk pantai dan mengupas lahan. Ini harus ditindaklanjuti oleh

Massa Forum Peduli Teluk Balikpapan Longmarch Menuju Gedung DPRD

Gambar
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN  - Forum Peduli Teluk Balikpapan mengadakan aksi  longmarch  dalam rangka memperingati Hari Bumi, Rabu (29/4/2015) pagi. Aksi itu dimulai dari halaman parkir Bank Bukopin di Jalan Jenderal Sudirman sampai depan gedung DPRD Balikpapan. Sebanyak 51 anggota polisi ikut mengamankan aksi damai tersebut. Dalam aksinya, seorang orator, Paul, menuntut pemerintah mencabut izin perusahaan yang dinilai merusak Teluk Balikpapan. Selain itu, mereka meminta pemerintah membatasi pembangunan industri di daerah hiIir Teluk Balikpapan sampai ke Pelabuhan Peti Kemas Kariangau. Di sepanjang aksinya di jalan, massa juga menyanyikan lagu tentang pembebasan. Aksi ini diikuti 29 anggota Forum Peduli Teluk Balikpapan. Aksi dimulai pukul 08.45 Wita. Mereka juga sempat berhenti di depan Plaza Balikpapan untuk melakukan orasi dan menyebar brosur yang berisi tuntutan kepada Pemerintah Kota Balikpapan. 

Hubungi Kami

Sekretariat Forum Peduli Teluk Balikpapan Jl. Ruhui Rahayu, Perumahan Rengganis RT35, Blok 2A No.85 Kel. Gunung Bahagia, Kec. Balikpapan Selatan Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia 76114  Phone : 081348744716 Email  : fpt.balikpapan@gmail.com PETA LOKASI

Hutan Bakau Kian Sempit Picu Konflik Manusia dan Buaya

Gambar
Mirror BALIKPAPAN, KOMPAS.com  –  Luasan hutan bakau di Teluk Balikpapan terus menyusut dari tahun ke tahun. Penyusutan lahan hutan bakau ini salah satunya disebabkan alih fungsi menjadi kawasan industri.  Husen dari Forum Peduli Teluk Balikpapan (FPTB) mengatakan, dampak berikutnya adalah terjadi sedimentasi, kerusakan terumbu karang, hingga habitat terganggu. Husen mengatakan, habitat di kawasan hutan bakau juga terganggu. Tak heran ditemukan bangkai bekantan ( Nasalis larvatus ), pesut ( Orcaella brevirostris ), bahkan kemunculan buaya di permukiman di tepian sungai dan Teluk Balikpapan.  “Habitat terganggu. Akibatnya terjadi  konflik dengan manusia. Seperti beberapa waktu lalu ada muncul buaya di pemukiman,” kata Husen di Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan di Balikpapan. Temuan buaya sepanjang empat meter di Perumahan Sumber Indah, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara pada Rabu (16/12/2015), merupakan bukti ‘konflik’ yang jarang terjadi di kota ini.  S