Habitat Langka di Teluk Balikpapan


Teluk Balikpapan adalah suatu kawasan yang meliputi daerah aliran sungai, pesisir dan perairanteluk yang mengandung potensi sumberdaya serta aktivitas yang mempengaruhi sumberdaya tersebut dan lingkungannya. Teluk Balikpapan secara administratif berada di bawah wilayah kota Balikpapan 11%, wilayah Penajam Paser Utara 87%, dan 2% Kutai Kartanegara.

Teluk Balikpapan telah mengalami degradasi lingkungan yang dapat berakibat menurunnya fungsi lingkungan dan meningkatnya biaya yang harus di tanggung oleh masyarakat, pemerintah dan dunia usaha dalam upaya pemulihannya. Untuk keberhasilan pengelolaan Teluk Balikpapan diperlukan pendekatan pengelolaan terpadu yang berbasis ekosistem serta mampu mengakomodasi kepentingan pelestarian lingkungan hidup, pembangunan sosial, dan budaya, serta ekonomi melalui pelibatan para pemangku kepentingan. Sebagai implementasi dari program pembangunan yang suistanable (berkelanjutan).

Jika menyebut Teluk Balikpapan, maka tak sedikit orang membayangkan salah satu kawasan Kalimantan Timur yang memiliki hamparan hijau hutan bakau (mangrove) yang padat dengan berbagai aktivitas pelayaran dan perdagangan. Maklum saja, dikawasan itu terdapat pelabuhan pemerintah dan swasta, antara lain Pelabuhan Semayang, Pelabuhan Kampung Baru, Pelabuhan Kariangau, Pelabuhan Ferry Balikpapan – Penajam, Pelabuhan Pertamina, Pelabuhan Chevron, dan Pelabuhan Petrosea.

Teluk balikpapan kini kian tergerus akibat dalam beberapa tahun terakhir telah beroperasi juga perusahaan industri pertambangan batu bara dan kelapa sawit.Berdasarkan RTRW kota, Kabupaten dan Provinsi, Teluk Balikpapan Telah di tetapkan sebagai kawasan industri seluas kurang lebih 18.000 ha. Terbagi 6.000 di KIK (Kawasan Industri Kariangau) Balikpapan, selebihnya di KIB (Kawasan Industri Buluminung) Penajam Paser Utara (PPU). Padahal di tengah-tengah gemuruh aktivitas pelayaran, perdagangan dan industri itu ternyata zona Teluk Balikpapan adalah benteng terakhir kawasan yang bernilai konservasi tinggi dan merupakan salah satu noktah keanekaragman hayati yang tersisa di sepanjang pantai Kalimantan Timur.
Beberapa satwa langka pesisir Kaltim, baik di darat seperti bekantan atau monyet hidup belalai (Nasalis Larvatus), di perairan, ada Dugong (Dugong Dugon) dan Pesut (Orcaela Brevirostris). Keunikan dan kelangkaan  keanekaragaman hayati di Teluk Balikpapan diungkapkan oleh Stanislav Lhota, peneliti dari Universitas Life Scences Ceko di Praha, yang telah bekerja di Teluk Balikpapan selama lebih dari tujuh tahun. Ilmuwan itu mengungkapkan tidak perlu harus jauh ke tengah samudra atau menjelajahi jantung rimba belantara untuk menemukan berbagai satwa langka dan unik, namun semua itu bisa kita jumpai di Teluk Balikpapan. Hasil survei Stainlav Lhota menunjukkan bahwa hutan mangrove di Teluk Balikpapan sangat strategis karena menjadi habitat bagi 5% dari populasi bekantan yang ada di dunia. Jumlah populasi bangsa Primata, suku Cercophitecidae, dan anak suku Colobinae di Teluk Balikpapan mencapai 1.400 ekor. 1.000 ekor di wilayah PPU dan sisanya 400 ekor di pesisir Balikpapan.


Di wilayah perairannya Teluk Balikpapan juga ternyata menjadi habitat beberapa jenis satwa yang dianggap benar-benar terancam punah, yaitu Dugong. Bahkan satwa ini sempat diusulkan telah punah di bumi Kalimantan pada 1996, namum 4 tahun kemudian, Yayasan RASI (Rare Aquatiq Species Indonesia) menemukan denyut kehidupan liar mamalia itu di Teluk Balikpapan. Saelain itu keunikan satwa di Teluk Balikpapan kian mencengangkan, karena terdapat habitat satwa langka yang selama ini diketahui hanya hidup di ekosistem air tawar, yakni Pesut . Pesut adalah jenis hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan langka ini sisa 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Pesut di Teluk Balikapapan secara DNA berbeda dengan Pesut Mahakam, karena memiliki keunikan DNA tersendir sehingga disebut Pesut Residen yang mana dia adalah penghuni tetap Teluk Balikpapan karena dia tidak bisa ke laut. Selama ini popolasi satwa itu diketahui hanya terdapat di Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irrawaddy. Populasi Pesut di Balikpapan saat ini diperkirakan sekitar 60 sampai 140 ekor. Muara Tempadung merupakan habitat yang sangat penting bagi Pesut, sebagai daerah pencarian ikan dan migrasi. Selain Pesut, Teluk Balikpapan juga merupakan habitat Finless Purpoise (purpoise tak bersirip punggung), dan lumba-lumba hidung botol Indopasifik, Penyu Hijau dan di wilayah terluar terdapat Hiu dan Paus. 

(Husen/obor)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungi Kami

Ekspos Akhir Tahun, Konflik Lahan di Kaltim Berada di Posisi Kedua